yuueeeeezzzzzz
Akhirnya cerpenku udah selesai.
Akhirnya aku udah terbebas daru tugas
Akhirnya aku dapet posting ke sini
Akhirnya kalian dapet baca cerpenku lagi
Cerita dari sekolah
Aku terbangun di pagi yang cerah ini. Hari baru yang membawa keceriaan dan semangat baru bagi siaopapun yang menyambut dan menjalaninya. Kurasakan hangatnya sinar matahari yang menerpa tubuhku. Betapa aku sangat bahagia menyambut datangnya hari ini.
Akupun melangkahkan kakiku menuju sekolahku. Tempat dimana aku bisa mengukir prestasi, tempat dimana aku mencari ilmu, tempat dimana aku dapat berbagi kebahagiaan bersama teman-temanku. Disini, semua menyayangiku. Mulai dari guru-guru, hingga teman-temanku. Aku merasa akulah manusia paling beruntung di dunia. Aku dapat mengukir prestasi bagi sekolah tercinta ini dan membahagiakan kedua orangtuaku.
Aku tersadar dari lamunanku tatkala bel berbunyi. Semua anak berhamburan masuk ke kelasnya masing-masing. Mereka berlari dengan raut wajah gelisah. Mereka takut terlambat dan nantinya akan diskors oleh guru. Tapi tidak denganku. Aku berjalan santai menuju kelasku. Sama sekali aku tidak takut diskors. Karena toh … mereka tidak mempedulikanku.
Aku duduk sendiri di bangku kosong di sudut kelas. Tiba-tiba kepalaku terasa pening. Dan tanpa kusadari, akupun tertidur. Aku bermimpi berad di suatu tempat yang indah. Disana ada mama, papa, kakak, adik, guru-guru dan teman-temanku. Semua tersenyum kepadamu. Akupun terbangun ketika bel istirahat berbunyi. Entah kenapa akhir-akhir ini aku tidak nafsu makan. Akupun memutuskan untuk jalan-jalan mengelilingi sekolah. Ketika aku tiba di sudut sekolah, tepatnya di sebelah gedung kosong, aku melihat anak laki-laki bergerombl disana. Mereka adalah anak-anak berprestasi yang dibanggakan oleh guru. Aku terkejut tatkala aku melihat Bimo menghisap ganja bersama teman-temannya. Mereka juga menyuntikan sesuatu ke tubuhnya. Aku tahu mereka memakai barang haram. Narkoba telah membutakan hati mereka. Mereka asyik menikmati barang haram itu, tanpa ia tahu akibat dari perilaku mereka. Banar-benar tak kusangka, anak bangsa yang mestinya membawa kemajuan bagi bangsa ini, malah membawa kehancuran. Apalagi mereka anak berprestasi yang kerapkali mengharumkan nama sekolah. Tapi itu hanya cara mereka saja untuk menutupi kebejatan tingkah laku mereka. Namun, hal ini hanya aku saja yang tahu.
Lalu, akupun berjalan hingga kakiku berhenti didepan ruang guru. Saat itu ruang guru tengah kosong. Disana aku melihat Bu Prita dan Karra membicarakan sesuatu. Kulihat Bu Prita tengah membuka brangkas berisi soal-soal ujian. Dia memberikan soal itu kepada Karra. Karra tersenyum puas. Tetapi tidak dengan Bu Prita. Keringatnya bercucuran. Karra meletakkan beberapa uang ratusan ribu di meja Bu Prita. Diapun melangkah keluar dari ruang guru. Ia membuka pintu perlahan dan kemudian melenggang pergi bersama teman se-gengnya. Tak ada orang yang tahu akan hal ini. Hanya aku yang tahu. Aku ingin pergi mengadu kepada kepala sekolah. Namun, apa daya aku tak bisa. Mungkin aku hanya bisa menyimpan rahasia teman-temanku itu.
Lima belas menitpun berlalu, dan bel masuk telah berbunyi. Siswa berhamburan ke kelasnya masing-masing. Begitu juga denganku. Pelajaran seusai istirahat adalah fisika. Ah … mengapa tiba-tiba aku menjadi malas belajar fisika. Apalagi, ditambah dengan suara yang membuat kepala rasanya mau pecah.mereka sama sekali tidak menghargai guru mereka. Padahal, Bu Endah adalah guru paling tua yang mengajar di sekolahku. Namun sifat beliau yang sabar telah membuat anak-anak meremehkannya. Dia mengajar dsampai terbatuk-batuk, namun anak-anak tetap tidak peduli. Padahal Bu Endah telah mengidap penyakit brockitis. Akut. Kadangkala, ketika ia tengah duduk di ruang guru sendirian, tiba-tiba beliau terbatuk –batuk dengan keras hingga mengeluarkan darah. Namu tidak ada yang tahu semua rahasia Bu Endah. Dan lagi, hanya aku yang tahu.
Bel sekolah berbunyi. Tanda berakhirnya sekolah pada hari ini. Siswa-siswa merapikan barang-barang serta alat tulis mereka. Setelah mengucapkan kepada guru, merekapun segera berlarian menghambur keluar kelas. Lagi-lagi aku tersadar dari lamunanku. Begitu cepatnya waktu berlalu. Akupun segera merapikan peralatan sekolah dan keluar dari kelas. Aku adalah satu-satunya siswa terakhir yang pulang sekolah pada hari ini.
Lalu tiba-tiba cuaca berubah dan tak lagi bersahabat, mendung kemudian menyelimuti sekolah. Hingga tak lama hujanpun turun. Cuaca yang tak bersahabat kali ini sama seperti perasaanku. Aku sangat prihatin pada penduduk sekolahku. Begitu banyak cerita dari sekolah yang melalui cerita itu terdapat bayak hikmah yang dapat dipetik. Sungguh … andaikan mereka tahu, andaikan semua orang yahu rahasia apa yang telah terjadi di sekolahku ini. Mereka pasti akan tersadar dan akan lebih mensyukuri hidup ini, dan mencoba untuk membuat hidup mereka lebih berarti dan bermanfaat. Aku ingin mengutarakan semua rahasia ini. Semuanya … tapi, kepada siapa aku akan mengadu? Mungkin … aku hanya dapat memendam semua cerita di sekolahku yang sekaligus menjadi suatu rahasia bagi sekolahku ini. Karena … aku hanyalah seorang arwah yang tidak dapat berkomunikasi dengan menusia. Aku telah lama mati, dan aku tahu rahasia dan cerita dari sekolahku ini dari waktu ke waktu. Itu tadi hanya sebagian kecil cerita dari sekolah. Masih banyak lagi cerita yang bermanfaat dan dapat dipetik hikmahnya.
Dulu, ketika aku masih hidup, aku sama sekali tidak menyukuri hidupku ini. Aku memang berprestasi, namun semua itu hanya untuk menutupi kebejatan tingkahlakuku. Aku memang anak yang nakal dan hampir selalu ,menggunakan barang haram untuk melampiaskan kesedihanku. Namun tidak ada yang tahu akan hal itu. Orangtuakupun tidak tahu. Hingga suatu malam, aku yang dalam keadaan mabuk menyetir kendaraan dengan kecepatan tinggi. Hingga kecelakaan itu terjadi. Mobilku menabrak sebuah truk. Dan aku tewas seketika. Roh ku tidak tenang di alam sana. Aku merasa aku masih ada beban. Hingga aku memutuskan untuk berada di sekolah. Dan sekarang aku sadar dengan perbuatanku. Mungkin, kalau aku masih hidup aku akan membahagiakan orangtuaku dan guru-guruku. Akupun akan menjadi anak yang berbakti dan taat beribadah kepada Allah. Namun, apa yang dapat kulakukan? Karena semua itu telah terlambat …
0 komentar:
Posting Komentar